Jurnal International marine science khususnya Oceanography biasanya susah ya?[katanya..:D]
beberapa koleksi, aq punya dari American Meteorology Society, untuk penelitian tahun 2008 ke bawah, tapi sayang kalaupun saya cantumkan linknya disini terlalu banyak tahapannya. untuk yang terbaru, aq cuma punya koleksi dari Proceedings of the International Conference on Coastal Engineering tahun 2010, tentang coastal engineering tentunya,lumayan....
jadi bagi temen-temen Oceanography khususnya, kontak az akuh by email refresh08@yahoo.com gak apa-apa kn susah dulu ngontak aq?? lagian biar kenalan duluu ya??hehehe... insyAllah nanti aq bantu carikan :D ok ok! semoga semuanya bisa membantu,buat tugas kuliah ato referensi daftar pustaka tugas akhirnya...
sekiann..terimakasih :D :p
Selasa, 27 September 2011
Rabu, 29 Juni 2011
Sondir dan Mesin Bor
Kelebihan dan Kekurangan Uji Sondir dan Bor
Uji sondir merupakan alat yang sederhana, praktis, dengan kelebihan yaitu :
cepat, murah, menghasilkan data yang akurat dan detail. Sondir sangat cocok
untuk tanah di Indonesia karena kondisi tanah di Indonesia sebagian besar
berupa lempunga lanauan. Sedangkan kekurangannya adalah : tidak dapat
diperoleh sampel, untuk uji laboratorium maupun untuk klasifikasi visual, dan
tidak dapat menembus lapisan batuan. Untuk daerah-daerah tertentu dimana
lapisan tanah berupa pasir maka alat ini kurang representatif dan tidak dapat
menembus lensa gravel/pasir yang cukup tebal dan padat, sehingga bila
dibawah lensa pasir terdapat tanah lunak maka sulit untuk terdeteksi.
Pada tanah pasir pengaruh tekanan air pori selama penetrasi pada
kecepatan penetrasi yang normal sangat kecil dan diabaikan, sehingga hasil
sondir dalam keadaan fully drained, sedangkan pada tanah lempung plastis
hasil uji sondir lebih kearah fully undrained dan bila jenis tanah diantara kedua
jenis diatas dapat memberikan hasil untuk keadaan fully drained dan fully
undrained.
Uji bor merupakan pengujian lapangan yang paling baik dan akurat untuk
segala jenis tanah dan diperlukan untuk test-test yang lain, sedangkan
kerugiannya adalah : mahal, berat (perlu alat angkut yang memadahi), waktu
pelaksanaan lama dan kurang cocok untuk bangunan sederhana. Setiap
pelaksanaan test boring selalu diikuti dengan uji penetrasi baku (SPT), yang
perlu diperhatikan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi harga N-SPT yaitu :
Jumlah energi yang mencapai sampler, ditentukan oleh : jenis hammer,
jenis dan panjang rod, variasi tinggi jatuh palu, jumlah lilitan tali dan
umur tali.
Kondisi tegangan tanah dasar lubang bor bor, ditentukan oleh :
kelalaian menjaga tekanan hidrostatis, tinggi air diluar dan didalam
harus sama; metode pengeboran dan stabilisasi dinding, serta diameter
dinding.
Faktor-faktor ain, seperti : pembersihan dasar lubang bor, kelalaian
menghitung jumlah tumbukan dan pemakaian sampler yang sudah
rusak.
1. Pondasi Langsung (STAHL)
Pondasi langsung (Stahl) dipakai pada kondisi tanah : “ baik “, Yaitu dengan kekerasan tanah atau sigma tanah = 2 Kg / Cm2 , dengan kedalaman tanah keras lebih kurang = 1,50 Cm, kondisi air tanah cukup dalam. Bahan material yang dipergunakan untuk pondasi jenis ini biasanya dipakai : batu kali, batu gunung, atau beton tumbuk.
2. Pondasi Foot Plat
Pondasi footplat dipergunakan pada kondisi tanah dengan sigma antara : 1,5-2,00 kg/cm2. Pondasi foot plat ini biasanya dipakai untuk bangunan gedung 2 – 4 lantai, dengan kondisi tanah yang baik dan stabil. Bahan dari pondasi ini dari beton bertulang. Untuk menetukan dimensi dari pondasi ini dengan perhitungan konstruksi beton bertulang.
3. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur.
4. Pondasi Merata (Slab Foundation)
Pondasi merata dipergunakan pada kondisi tanah sangat lembek (lunak). Juga dipergunakan untuk pondasi lantai bawah tanah/bassment suatu bangunan gedung.
5. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu besi/kayu ulin, baja, dan beton bertulang.
a. Pondasi Tiang Pancang Kayu
Pondasi tiang pancang kayu di Indonesia, dipergunakan pada rumah-rumah panggung di daerah Kalimantan, di Sumatera, di Nusa Tenggara, dan pada rumah-rumah nelayan di tepi pantai.
b. Pondasi Tiang Pancang Beton
Pondasi tiang beton dipergunakan untuk bangunan-bangunan tinggi (high rise building). Pondasi tiang pancang beton, proses pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut :
1) Melakukan test “ boring” untuk menentukan kedalaman tanah keras dan klasifikasi panjang tiang pancang, sesuai pembebanan yang telah diperhitungkan.
2) Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran tiang pancang.
3) Melakukan pemancangan pondasi dengan mesin pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari : pondasi tiang pancang beton cor di tempat dan tiang pancang beton system fabrikasi.
Pondasi tiang pancang beton cor ditempat
Proses pelaksanaannya pondasi tiang pancang beton cor di tempat sebagai berikut :
1) Melakukan pemboran tanah sesuai kedalamn yang ditentukan dengan memasukkan besi tulangan beton.
2) Memompa tanah bekas pengeboran ke atas permukaan tanah.
3) Mengisi lubang bekas pengeboran dengan adukan beton, dengan sistem dipompakan dan desakan/tekanan.
4) Pengecoran adukan beton setelah selesai sampai di atas permukaan tanah,
5) Kemudian dipasang stek besi beton sesuai dengan aturan teknis yang telah ditentukan.
Pondasi tiang pancang beton sistem fabrikasi
Kemajuan teknologi khususnya pada bidang rancang bangun beton bertulang telah menemukan pondasi tiang pancang sistem fabrikasi. Cetakan-cetakan pondasi dengan beberapa variasi diameter tiang pancang dan panjang tiang pancang dibuat dalam pabrik dengan system “Beton Pra-Tekan”
Uji sondir merupakan alat yang sederhana, praktis, dengan kelebihan yaitu :
cepat, murah, menghasilkan data yang akurat dan detail. Sondir sangat cocok
untuk tanah di Indonesia karena kondisi tanah di Indonesia sebagian besar
berupa lempunga lanauan. Sedangkan kekurangannya adalah : tidak dapat
diperoleh sampel, untuk uji laboratorium maupun untuk klasifikasi visual, dan
tidak dapat menembus lapisan batuan. Untuk daerah-daerah tertentu dimana
lapisan tanah berupa pasir maka alat ini kurang representatif dan tidak dapat
menembus lensa gravel/pasir yang cukup tebal dan padat, sehingga bila
dibawah lensa pasir terdapat tanah lunak maka sulit untuk terdeteksi.
Pada tanah pasir pengaruh tekanan air pori selama penetrasi pada
kecepatan penetrasi yang normal sangat kecil dan diabaikan, sehingga hasil
sondir dalam keadaan fully drained, sedangkan pada tanah lempung plastis
hasil uji sondir lebih kearah fully undrained dan bila jenis tanah diantara kedua
jenis diatas dapat memberikan hasil untuk keadaan fully drained dan fully
undrained.
Uji bor merupakan pengujian lapangan yang paling baik dan akurat untuk
segala jenis tanah dan diperlukan untuk test-test yang lain, sedangkan
kerugiannya adalah : mahal, berat (perlu alat angkut yang memadahi), waktu
pelaksanaan lama dan kurang cocok untuk bangunan sederhana. Setiap
pelaksanaan test boring selalu diikuti dengan uji penetrasi baku (SPT), yang
perlu diperhatikan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi harga N-SPT yaitu :
Jumlah energi yang mencapai sampler, ditentukan oleh : jenis hammer,
jenis dan panjang rod, variasi tinggi jatuh palu, jumlah lilitan tali dan
umur tali.
Kondisi tegangan tanah dasar lubang bor bor, ditentukan oleh :
kelalaian menjaga tekanan hidrostatis, tinggi air diluar dan didalam
harus sama; metode pengeboran dan stabilisasi dinding, serta diameter
dinding.
Faktor-faktor ain, seperti : pembersihan dasar lubang bor, kelalaian
menghitung jumlah tumbukan dan pemakaian sampler yang sudah
rusak.
1. Pondasi Langsung (STAHL)
Pondasi langsung (Stahl) dipakai pada kondisi tanah : “ baik “, Yaitu dengan kekerasan tanah atau sigma tanah = 2 Kg / Cm2 , dengan kedalaman tanah keras lebih kurang = 1,50 Cm, kondisi air tanah cukup dalam. Bahan material yang dipergunakan untuk pondasi jenis ini biasanya dipakai : batu kali, batu gunung, atau beton tumbuk.
2. Pondasi Foot Plat
Pondasi footplat dipergunakan pada kondisi tanah dengan sigma antara : 1,5-2,00 kg/cm2. Pondasi foot plat ini biasanya dipakai untuk bangunan gedung 2 – 4 lantai, dengan kondisi tanah yang baik dan stabil. Bahan dari pondasi ini dari beton bertulang. Untuk menetukan dimensi dari pondasi ini dengan perhitungan konstruksi beton bertulang.
3. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur.
4. Pondasi Merata (Slab Foundation)
Pondasi merata dipergunakan pada kondisi tanah sangat lembek (lunak). Juga dipergunakan untuk pondasi lantai bawah tanah/bassment suatu bangunan gedung.
5. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu besi/kayu ulin, baja, dan beton bertulang.
a. Pondasi Tiang Pancang Kayu
Pondasi tiang pancang kayu di Indonesia, dipergunakan pada rumah-rumah panggung di daerah Kalimantan, di Sumatera, di Nusa Tenggara, dan pada rumah-rumah nelayan di tepi pantai.
b. Pondasi Tiang Pancang Beton
Pondasi tiang beton dipergunakan untuk bangunan-bangunan tinggi (high rise building). Pondasi tiang pancang beton, proses pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut :
1) Melakukan test “ boring” untuk menentukan kedalaman tanah keras dan klasifikasi panjang tiang pancang, sesuai pembebanan yang telah diperhitungkan.
2) Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran tiang pancang.
3) Melakukan pemancangan pondasi dengan mesin pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari : pondasi tiang pancang beton cor di tempat dan tiang pancang beton system fabrikasi.
Pondasi tiang pancang beton cor ditempat
Proses pelaksanaannya pondasi tiang pancang beton cor di tempat sebagai berikut :
1) Melakukan pemboran tanah sesuai kedalamn yang ditentukan dengan memasukkan besi tulangan beton.
2) Memompa tanah bekas pengeboran ke atas permukaan tanah.
3) Mengisi lubang bekas pengeboran dengan adukan beton, dengan sistem dipompakan dan desakan/tekanan.
4) Pengecoran adukan beton setelah selesai sampai di atas permukaan tanah,
5) Kemudian dipasang stek besi beton sesuai dengan aturan teknis yang telah ditentukan.
Pondasi tiang pancang beton sistem fabrikasi
Kemajuan teknologi khususnya pada bidang rancang bangun beton bertulang telah menemukan pondasi tiang pancang sistem fabrikasi. Cetakan-cetakan pondasi dengan beberapa variasi diameter tiang pancang dan panjang tiang pancang dibuat dalam pabrik dengan system “Beton Pra-Tekan”
Fenomena di Bangunan Pantai
1.GELOMBANG OVERTOPPING
Untuk gelombang overtopping dalam penggunaannya diijinkan atau dikehendaki terjadi pada suatu struktur dan juga tidak diperkenanakn bergantung pada tipe struktur perlindungan pantai yang dikenai. Pada beberapa kasus dimana tanggul biasanya berfungsi sebagai pelindung suatu daerah, overtopping bisa menyebabkan limpahan air yang berlebihan atau bahkan menyebabkan erosi pada system suatu bangunan yang mengakibatkan kegagalan struktur.
Namun pada kasus lain overtopping dikehendaki , pada beberapa system breakwater, groin, atau jetty tidak berarti mengindikasikan untuk memperkecil dimensi struktur yang akan dibuat atau untuk menghemat biaya pembuatannya, tetapi berfungsi mengatur pola pergerakan sediment yang terjadi.
Pada perhitungan gaya-gaya gelombang yang mengenai struktur, diasumsikan tidak terjadi overtopping, namun sebaliknya jika diasumsikan terjadi overtopping, maka reduksi gaya-gaya gelombang pada struktur akan diperhitungkan. Reduksi gaya F1 didefinisikan sebagai :
F1 = rf F
Dimana rf adalah faktor reduksi gaya yang diberikan sebagai :
rf = (h/y)(2-(h/y)) untuk h/y < 1.0
dan
Rf = 1.0 untuk h/y ≥ 1.0
dimana :
F = gaya yang mengenai struktur, diasumsikan tidak terjadi overtopping
h = ketinggian struktur
y = kedalaman perairan, dari puncak atau lembah gelombang
Laju overtopping yang terjadi tergantung dari ketinggian struktur, kedalaman perairan diukur dari kaki struktur, kemiringan pemukaan struktur dan kekasaran permukaan struktur.
Persamaan Overtopping yang diberikan (CERC 1977)
dengan :
0 ≤ ((h – ds)/R) < 1.0
dimana :
Q= laju overtopping (volume /unit waktu )
g = percepatan gravitasi
H [i,0] = tinggi gelombang equivalent pada perairan dalam
h = ketinggian puncak struktur dari garis tanah
ds = kedalaman air dari kaki struktur
2.WAVE RUN UP
Wave run up adalah maksimum permukaan air local digaris pantai. Gelombang run-up dapat digunakan sebagai variable untuk menentukan struktur pantai. Run-up gelombang terjadi pada saat gelombang datang bergerak menuju ke pantai dan membentur kemiringan garis pantai atau bangunan pelindung pantai maka sebagian energi gelombang akan diubah menjadi gerakan air yang meluncur ke arah lereng bangunan. Setelah mencapai elevasi maksimum, akan terjadi aliran balik yang disebut run-down akibat gaya gravitasi. Run-down akan terus berlangsung sampai datang run-up dari gelombang berikutnya atau run-down mencapai lembah dari gelombang berikutnya. Tinggi elevasi run-up dan rundown diukur secara vertikal dari muka air rerata seperti gambar 4.(klo butuh gambar silahkan hubungi blogger)
parameter yang mempengaruhi terjadinya tinggi run-up adalah pada breakwater dipengaruhi oleh periode gelombang (T), tinggi gelombang datang (H), jenis lapis lindung, kedalaman d), dan arah sudut datang gelombang (θ). 0o dan 15o
Berdasarkan penelitian Battjes & Roos (1974) dan Technical Advisory Comitee (1974), diperoleh grafik tinggi run up yang disajikan pada gambar 5.(klo butuh gambar silahkan hubungi blogger)
Runup untuk gelombang acak didefinisikan agak lain, memperhitungkan keacakan.
Ru2% = elevasi, diukur dari SWL (still water level), yang dilampaui oleh 2% gelombang yang merambat pada lereng pantai (Hughes 2005).
Catatan: lereng kasar dan kedap air.
Rumus dari Coastal Engineering Manual 2001
Hmo = tinggi gelombang di perairan dalam
Lo = panjang gelombang di perairan dalam
tan α = kemiringan lereng
3.KENAIKAN GELOMBANG (WAVE SET UP)
Saat badai gelombang, pada kurun waktu tertentu, gelombang yang pecah di pantai menyebabkan meningkatnya muka air dan meneruskan energi dan momentum dari gelombang pecah tanpa dapat kembali lagi karena tertimpa oleh gelombang pecah berikutnya yang datang bergantian secara terus menerus. Gelombang tinggi umumnya terjadi pada bibir pantai menyebabkan kerusakan serius pada infrastruktur (bila ada) dan erosi pantai. Namun, sebagian besar dari gelombang tinggi tidak menjalar jauh ke darat karena sudah terlebih dahulu pecah meninggalkan fenomena kenaikan (setup) dan limpahan (runup). Kontribusi dari wave set-up dapat mencapai be 30%-60% dari kenaikan muka air akibat badai gelombang [5]. Besarnya kenaikan gelombang tergantung dari banyak factor seperti kemiringan pantai, kondisi gelombang datang, hambatan yang ada, dsb.
Kenaikan gelombang terdiri dari komponen ajek (steady) dan osilasi (oscillatory). Komponen ajek berasal dari penjalaran energi momentum dari gelombang pecar pada kolom air dan komponen osilasi berasal dari aspek-aspek nonlinear dari penjalaran energy momentum tsb. Sebagai pertimbangan praktis, Goda (2000) dan SPM (1984) menyediakan hubungan sederhana antara kenaikan gelombang takberdimensi (/Ho) dan kedua komponen tersebut.
Table 1: Kenaikan gelombang takberdimensi menurut Goda (2000) dan SPM (1984) [6]
(klo butuh tabel silahkan hubungi blogger)
Dimana: Ho : tinggi gelombang di perairan dalam
Lo: panjang gelombang di perairan dalam
4.BACKWASH
Desakan gelombang dari perairan laut bebas sering disebut dengan swash. Sedangkan gelombang balikannya selanjutnya disebut dengan backwash. Backwash merupakan arus balik air laut, seolah arus (swash) yang berasal dari pecahan gelombang di pantai mencapai batas alirannya.
5.PANTAI KONSTRUKTIF
Bentang alam pantai dikontrol oleh aksi alamiah yang bekerja secara terus menerus, bentang alam pantai konstruktif diantaranya salah satu aksi alamiah pantai yaitu yang yang bersifat membangun dengan cara pengendapan (konstruktif).
6.PANTAI DESTRUKTIF
Bentang alam pantai dikontrol oleh aksi alamiah yang bekerja secara terus menerus, bentang alam pantai destruktif diantaranya salah satu aksi alamiah pantai yaitu yang bersifat menghancurkan (destruktif)
DAFTAR PUSTAKA
http://wwwnuansamasel.blogspot.com
miningnet.blogspot.com/2008/01/bentang-alam-pantai.htm
Triatmodjo, Bambang.1999.Teknik Panatai.Beta Offset:Yogyakarta
Yuwono Nur Ir.1991.Bangunan Pantai.Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta
Untuk gelombang overtopping dalam penggunaannya diijinkan atau dikehendaki terjadi pada suatu struktur dan juga tidak diperkenanakn bergantung pada tipe struktur perlindungan pantai yang dikenai. Pada beberapa kasus dimana tanggul biasanya berfungsi sebagai pelindung suatu daerah, overtopping bisa menyebabkan limpahan air yang berlebihan atau bahkan menyebabkan erosi pada system suatu bangunan yang mengakibatkan kegagalan struktur.
Namun pada kasus lain overtopping dikehendaki , pada beberapa system breakwater, groin, atau jetty tidak berarti mengindikasikan untuk memperkecil dimensi struktur yang akan dibuat atau untuk menghemat biaya pembuatannya, tetapi berfungsi mengatur pola pergerakan sediment yang terjadi.
Pada perhitungan gaya-gaya gelombang yang mengenai struktur, diasumsikan tidak terjadi overtopping, namun sebaliknya jika diasumsikan terjadi overtopping, maka reduksi gaya-gaya gelombang pada struktur akan diperhitungkan. Reduksi gaya F1 didefinisikan sebagai :
F1 = rf F
Dimana rf adalah faktor reduksi gaya yang diberikan sebagai :
rf = (h/y)(2-(h/y)) untuk h/y < 1.0
dan
Rf = 1.0 untuk h/y ≥ 1.0
dimana :
F = gaya yang mengenai struktur, diasumsikan tidak terjadi overtopping
h = ketinggian struktur
y = kedalaman perairan, dari puncak atau lembah gelombang
Laju overtopping yang terjadi tergantung dari ketinggian struktur, kedalaman perairan diukur dari kaki struktur, kemiringan pemukaan struktur dan kekasaran permukaan struktur.
Persamaan Overtopping yang diberikan (CERC 1977)
dengan :
0 ≤ ((h – ds)/R) < 1.0
dimana :
Q= laju overtopping (volume /unit waktu )
g = percepatan gravitasi
H [i,0] = tinggi gelombang equivalent pada perairan dalam
h = ketinggian puncak struktur dari garis tanah
ds = kedalaman air dari kaki struktur
2.WAVE RUN UP
Wave run up adalah maksimum permukaan air local digaris pantai. Gelombang run-up dapat digunakan sebagai variable untuk menentukan struktur pantai. Run-up gelombang terjadi pada saat gelombang datang bergerak menuju ke pantai dan membentur kemiringan garis pantai atau bangunan pelindung pantai maka sebagian energi gelombang akan diubah menjadi gerakan air yang meluncur ke arah lereng bangunan. Setelah mencapai elevasi maksimum, akan terjadi aliran balik yang disebut run-down akibat gaya gravitasi. Run-down akan terus berlangsung sampai datang run-up dari gelombang berikutnya atau run-down mencapai lembah dari gelombang berikutnya. Tinggi elevasi run-up dan rundown diukur secara vertikal dari muka air rerata seperti gambar 4.(klo butuh gambar silahkan hubungi blogger)
parameter yang mempengaruhi terjadinya tinggi run-up adalah pada breakwater dipengaruhi oleh periode gelombang (T), tinggi gelombang datang (H), jenis lapis lindung, kedalaman d), dan arah sudut datang gelombang (θ). 0o dan 15o
Berdasarkan penelitian Battjes & Roos (1974) dan Technical Advisory Comitee (1974), diperoleh grafik tinggi run up yang disajikan pada gambar 5.(klo butuh gambar silahkan hubungi blogger)
Runup untuk gelombang acak didefinisikan agak lain, memperhitungkan keacakan.
Ru2% = elevasi, diukur dari SWL (still water level), yang dilampaui oleh 2% gelombang yang merambat pada lereng pantai (Hughes 2005).
Catatan: lereng kasar dan kedap air.
Rumus dari Coastal Engineering Manual 2001
Hmo = tinggi gelombang di perairan dalam
Lo = panjang gelombang di perairan dalam
tan α = kemiringan lereng
3.KENAIKAN GELOMBANG (WAVE SET UP)
Saat badai gelombang, pada kurun waktu tertentu, gelombang yang pecah di pantai menyebabkan meningkatnya muka air dan meneruskan energi dan momentum dari gelombang pecah tanpa dapat kembali lagi karena tertimpa oleh gelombang pecah berikutnya yang datang bergantian secara terus menerus. Gelombang tinggi umumnya terjadi pada bibir pantai menyebabkan kerusakan serius pada infrastruktur (bila ada) dan erosi pantai. Namun, sebagian besar dari gelombang tinggi tidak menjalar jauh ke darat karena sudah terlebih dahulu pecah meninggalkan fenomena kenaikan (setup) dan limpahan (runup). Kontribusi dari wave set-up dapat mencapai be 30%-60% dari kenaikan muka air akibat badai gelombang [5]. Besarnya kenaikan gelombang tergantung dari banyak factor seperti kemiringan pantai, kondisi gelombang datang, hambatan yang ada, dsb.
Kenaikan gelombang terdiri dari komponen ajek (steady) dan osilasi (oscillatory). Komponen ajek berasal dari penjalaran energi momentum dari gelombang pecar pada kolom air dan komponen osilasi berasal dari aspek-aspek nonlinear dari penjalaran energy momentum tsb. Sebagai pertimbangan praktis, Goda (2000) dan SPM (1984) menyediakan hubungan sederhana antara kenaikan gelombang takberdimensi (/Ho) dan kedua komponen tersebut.
Table 1: Kenaikan gelombang takberdimensi menurut Goda (2000) dan SPM (1984) [6]
(klo butuh tabel silahkan hubungi blogger)
Dimana: Ho : tinggi gelombang di perairan dalam
Lo: panjang gelombang di perairan dalam
4.BACKWASH
Desakan gelombang dari perairan laut bebas sering disebut dengan swash. Sedangkan gelombang balikannya selanjutnya disebut dengan backwash. Backwash merupakan arus balik air laut, seolah arus (swash) yang berasal dari pecahan gelombang di pantai mencapai batas alirannya.
5.PANTAI KONSTRUKTIF
Bentang alam pantai dikontrol oleh aksi alamiah yang bekerja secara terus menerus, bentang alam pantai konstruktif diantaranya salah satu aksi alamiah pantai yaitu yang yang bersifat membangun dengan cara pengendapan (konstruktif).
6.PANTAI DESTRUKTIF
Bentang alam pantai dikontrol oleh aksi alamiah yang bekerja secara terus menerus, bentang alam pantai destruktif diantaranya salah satu aksi alamiah pantai yaitu yang bersifat menghancurkan (destruktif)
DAFTAR PUSTAKA
http://wwwnuansamasel.blogspot.com
miningnet.blogspot.com/2008/01/bentang-alam-pantai.htm
Triatmodjo, Bambang.1999.Teknik Panatai.Beta Offset:Yogyakarta
Yuwono Nur Ir.1991.Bangunan Pantai.Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta
Rabu, 04 Mei 2011
Praktikum Kita
Assalamualaikum....
hari ini hari yang cerah banget kayana...
strugle dari sakit yang membuat badan ini lemah lesu tak berdaya untuk berkarya.
but its OK! aq berhasil melewatinya ^_^
dimulai dengan ujian tengah semester klimatologi sampai berakhir di rapat internal Departement Kesejahteraan Mahasiswa, senang rasanya masih bisa bergerak, berkarya dsb
pokonya having fun deh dengan aktivitas ini.
hari ini aku mulai lagi menulis beberapa kata curahan hati, angan-angan terdalam, sekaligus berbagi cerita-share di dunia maya ini, hehheee...
whatever, enjoy azah nulis apapun disini ^_^
udah dulu ahhh-lagi ngasisteni praktikum Metode Numerik Modul terakhir...
Semoga teman2 praktikan bisa lolos ketahap praktikum selanjutnya ya!!! Aaamiiinn...
hari ini hari yang cerah banget kayana...
strugle dari sakit yang membuat badan ini lemah lesu tak berdaya untuk berkarya.
but its OK! aq berhasil melewatinya ^_^
dimulai dengan ujian tengah semester klimatologi sampai berakhir di rapat internal Departement Kesejahteraan Mahasiswa, senang rasanya masih bisa bergerak, berkarya dsb
pokonya having fun deh dengan aktivitas ini.
hari ini aku mulai lagi menulis beberapa kata curahan hati, angan-angan terdalam, sekaligus berbagi cerita-share di dunia maya ini, hehheee...
whatever, enjoy azah nulis apapun disini ^_^
udah dulu ahhh-lagi ngasisteni praktikum Metode Numerik Modul terakhir...
Semoga teman2 praktikan bisa lolos ketahap praktikum selanjutnya ya!!! Aaamiiinn...
Selasa, 03 Mei 2011
AIS (Automatic Identification System)
INSTRUMENTASI KELAUTAN
APLIKASI INSTRUMENTASI DI BIDANG KELAUTAN
AIS (Automatic Identification System)
Indri Sulistia Ningsih
K2E 008 025
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
APLIKASI INSTRUMENTASI DI BIDANG KELAUTAN
AIS (Automatic Identification System)
Indri Sulistia Ningsih
K2E 008 025
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
Awal
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penyusunan tugas paper Instrumentasi kelautan tentang aplikasi instrumentasi dibidang kelautan dengan judul “AIS (Automatic Identification System) ”dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tak Lupa penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini, terimakasih yang sebesar-besarnya kepada,
• Orang tua tercinta, yang telah memberikan dukungannya dalam segala bentuk.
• Karnoto, ST, MT selaku dosen Pengampu mata kuliah Instrumentasi Kelautan.
• Dan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan paper ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Tidak lupa, kiranya dalam penulisan maupun penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan penulis. Semoga paper ini bermanfaat untuk penulis khusunya, umumnya untuk yang membaca dan mempelajarinya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Semarang, Juni 2009
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Instrumentasi Kelautan adalah suatu bidang ilmu kelautan yang behubungan dengan alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks dalam dunia kelautan. Instrumentasi kelautan secara umum mempunyai 3 fungsi utama:
1. sebagai alat pengukuran
2. sebagai alat analisis, dan
3. sebagai alat kendali.
Instrumentasi Kelautan sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey/ statistik, instrumentasi pengukuran suhu, Disolve Oxigen (DO), Turbiditas, Salinitas, pH perairan, dll. Contoh dari instrumentasi sebagai alat analisis dalam dunia kelautan misalnya Echosounder, yang dapat menganalisis dan mendeteksi bawah air. Sistem pengukuran, analisis dan kendali dalam instrumentasi ini bisa dilakukan secara manual (hasilnya dibaca dan ditulis tangan), tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis dengan mengunakan komputer (sirkuit elektronik). Untuk jenis yang kedua ini, instrumentasi tidak bisa dipisahkan dengan bidang elektronika dan instrumentasi itu sendiri. Dalam kasempatan kali ini, instrumentasi yang akan dibahas adalah instrumentasi sebagai alat analisis yakni AIS (Automatic Identification System), AIS (Automatic Identification System) ini merupakan receiver yang memberikan informasi pada keadaan suatu pelayaran, biasanya yang menyediakan pelaut dengan indikasi dan semua posisi lainnya juga dilengkapi dengan kapal segera daerah, sehingga sangat penting memberikan informasi kesadaran akan kondisi yang dapat mempengaruhi navigasi dan keselamatan semua kapal. Dalam cara yang sama, otoritas pelabuhan dan coastguard dapat memantau AIS (Automatic Identification System) tranmisi dari tanah berbasis situs untuk mengendalikan dan mengatur pengiriman di daerah mereka. ADC dan DAC terdapat pada perangkat CMX910, sebuah IC yang terintegrasi dual modem untuk mendukung sistem AIS semua Kelas A mode serta Kelas B CSTDMA operasi. Perangkat ini dipecahkan masalah proliferasi dari antarmuka berarti bahwa AIS radio, untuk pertama kalinya, dapat dibangun tanpa FPGA atau perangkat serupa. Semua modem dan pemrosesan sinyal dilakukan dalam IC yang sama, karena semua fungsi ADC dan DAC. CMX910 yang juga simplifies host controller persyaratan ke tingkat yang hanya 8-bit microprocessor dibutuhkan, sedangkan memakan sedikit daya
1.2 Tujuan dan Manfaat
• Mengetahui dan memahami aplikasi instrumentasi dibidang kelautan.
• Mengetahui cara kerja instrumentasi kelautan yang dibahas.
• Mengetahui manfaat yang dihasilkan dari instrumentasi kelautan tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
AIS (Automatic Identification System) ini merupakan receiver yang memberikan informasi pada keadaan suatu pelayaran, yang menggunakan komponen ADC-DAC dalam mengubah sinyal masukan analog dari transduser menjadi sinyal digita. (Floyd, Thomas L)
ADC dan DAC terdapat pada perangkat CMX910, sebuah IC yang terintegrasi dual modem untuk mendukung sistem AIS(Automatic Identification System) semua Kelas A mode serta Kelas B CSTDMA operasi. (Zuhal)
Analog to Digital Conventer (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sebuah sinyal digital. DAC sebagai sebuah piranti yang mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-sinyal digital (Couch II, Leon W)
III. ISI DAN PEMBAHASAN
AIS (Automatic Identification System) adalah system identifikasi data dari lokasi kapal yang telah diwajibkan untuk dipasang di kapal oleh International Maritime Organization (IMO) terhadap kapal yang berbobot lebih dari 300GT.
Dengan alat ini, berbagai data-data sebuah kapal dan lokasinya akan sangat mudah didapat sehingga akan dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat keselamatan operasi kapal. Termasuk menghindarkan kapal dengan bahaya tsunami. Alat ini juga dapat diintegrasikan dengan alat pendeteksi tsunami, sehingga mampu meminimalisir kecelakan di laut akibat tsunami.
Alat ini sangat bermanfaat bagi informasi transportasi kelautan, alat ini dititikberatkan pada identifikasi data mengenai pola transportasi laut dan khususnya lalu lintas kapal dengan ukuran besar, untuk kemudian data-data hasil pengamatan dari peralatan yang terpasang tersebut dikirim ke pusat data melalui media komunikasi data tertentu untuk ditampilkan sebagai monitoring dan untuk diolah lebih lanjut.
Data-data hasil pengamatan alat AIS (Automatic Identification System) ini awalnya merupakan data berbentuk signal yang nantinya akan diolah menjadi bentuk informasi digital yang ditampilkan dalam monitor alat AIS(Automatic Identification System). Untuk mengubah sinyal masukan analog dari transduser menjadi sinyal digital diperlukan perangkat pengubah analog ke digital atau disebut juga ADC (Analog to Digital Converter). Pengubahan ini diperlukan agar kejadian-kejadian di luar komputer yang dideteksi oleh transduser dan biasanya merupakan sinyal analog dapat digunakan sebagai masukan dalam bentuk sinyal digital.
Analog to Digital Conventer (ADC) ini adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sebuah sinyal digital dalam alat AIS (Automatic Identification System). Secara singkat prinsif kerja dari konventer A/D adalah semua bit-bit diset kemudian di uji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan. Keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekuivalen dengan nilai register SAR. Apabila konversi telah dilaksanakan, rangkaian kembali mengirim sinyal selesai konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data digital yang ekuivalen ke dalam register buffer. Dengan demikian, output digital akan tetap tersimpan sekalipun akan dimulai siklus konversi yang baru.
Untuk menentukan ADC yang digunakan dalam sistem akuisisi data ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
• Kecepatan konversi
• Resolusi
• Rentang masukan analog maksimum
• Jumlah kanal masukan
Pemilihan ADC umumnya ditentukan oleh metode yang digunakan untuk konversi data, sedangkan rentang tegangan masukan analog maksimum adalah watak untai ADC yang digunakan sehingga masukan analog yang akan dimasukkan ke ADC tersebut terlebih dahulu harus disesuaikan dengan tegangan analog maksimal yang diizinkan. Resolusi ADC berkaitan dengan cacah bit dan rentang tegangan pada masukan analog. Dengan pertimbangan diatas penulis sengaja memilih ADC 0804 sebagai konverter A/D. ADC 0804 adalah suatu IC CMOS pengubah analog ke digital delapan bit dengan satu kanal masukan.
Disamping ADC, alat AIS (Automatic Identification System) ini juga menggunakan DAC sebagai sebuah piranti yang mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-sinyal digital, kemudian dilakukan pengolahan sinyal-sinyal secara numerik, dan pada saat mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog.
Dengan demikian instrumentasi AIS (Automatic Identification System) ini merupakan contoh aplikasi instrumentasi dikelautan yang menggunakan komponen ADC-DAC sebagai sensor yang mengubah data-data sinyal analog menjadi data digital yang mudah untuk digunakan dalam aplikasinya dikelautan.
IV. KESIMPULAN
1. AIS (Automatic Identification System) merupakan contoh aplikasi instrumentasi kelautan yang mengubah data-data sinyal analog menjadi data digital.
2. Instrumen AIS (Automatic Identification System) merupakan receiver yang memberikan informasi pada keadaan suatu pelayaran.
3. AIS (Automatic Identification System) ini merupakan receiver yang memberikan informasi pada keadaan suatu pelayaran, yang menggunakan komponen ADC-DAC dalam mengubah sinyal masukan analog dari transduser menjadi sinyal digital.
DAFTAR PUSTAKA
Couch II, Leon W. Digital and Analog Communication System. 3rd Ed.Macmillan Publishing Company,1990.
Floyd, Thomas L. Digital Fundamental.7th Ed.Prentice Hall
www.its.ac.id/berita.php?nomer=4019 (searching tanggal 5/6/09 jam 21.37 WIB)
www.rileks.com/community/artikelmu/ceremonia/4820-hibah-alat-pelacak-kapal-untuk-its.html (searching tanggal 5/6/09 jam 19.24 WIB)
Zuhal. Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya.Cetakan keenam, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2000.
LAMPIRAN
Gambar AIS (Automatic Identification System)
Gambar rangkaian ADC
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penyusunan tugas paper Instrumentasi kelautan tentang aplikasi instrumentasi dibidang kelautan dengan judul “AIS (Automatic Identification System) ”dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tak Lupa penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini, terimakasih yang sebesar-besarnya kepada,
• Orang tua tercinta, yang telah memberikan dukungannya dalam segala bentuk.
• Karnoto, ST, MT selaku dosen Pengampu mata kuliah Instrumentasi Kelautan.
• Dan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan paper ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Tidak lupa, kiranya dalam penulisan maupun penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan penulis. Semoga paper ini bermanfaat untuk penulis khusunya, umumnya untuk yang membaca dan mempelajarinya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Semarang, Juni 2009
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Instrumentasi Kelautan adalah suatu bidang ilmu kelautan yang behubungan dengan alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks dalam dunia kelautan. Instrumentasi kelautan secara umum mempunyai 3 fungsi utama:
1. sebagai alat pengukuran
2. sebagai alat analisis, dan
3. sebagai alat kendali.
Instrumentasi Kelautan sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey/ statistik, instrumentasi pengukuran suhu, Disolve Oxigen (DO), Turbiditas, Salinitas, pH perairan, dll. Contoh dari instrumentasi sebagai alat analisis dalam dunia kelautan misalnya Echosounder, yang dapat menganalisis dan mendeteksi bawah air. Sistem pengukuran, analisis dan kendali dalam instrumentasi ini bisa dilakukan secara manual (hasilnya dibaca dan ditulis tangan), tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis dengan mengunakan komputer (sirkuit elektronik). Untuk jenis yang kedua ini, instrumentasi tidak bisa dipisahkan dengan bidang elektronika dan instrumentasi itu sendiri. Dalam kasempatan kali ini, instrumentasi yang akan dibahas adalah instrumentasi sebagai alat analisis yakni AIS (Automatic Identification System), AIS (Automatic Identification System) ini merupakan receiver yang memberikan informasi pada keadaan suatu pelayaran, biasanya yang menyediakan pelaut dengan indikasi dan semua posisi lainnya juga dilengkapi dengan kapal segera daerah, sehingga sangat penting memberikan informasi kesadaran akan kondisi yang dapat mempengaruhi navigasi dan keselamatan semua kapal. Dalam cara yang sama, otoritas pelabuhan dan coastguard dapat memantau AIS (Automatic Identification System) tranmisi dari tanah berbasis situs untuk mengendalikan dan mengatur pengiriman di daerah mereka. ADC dan DAC terdapat pada perangkat CMX910, sebuah IC yang terintegrasi dual modem untuk mendukung sistem AIS semua Kelas A mode serta Kelas B CSTDMA operasi. Perangkat ini dipecahkan masalah proliferasi dari antarmuka berarti bahwa AIS radio, untuk pertama kalinya, dapat dibangun tanpa FPGA atau perangkat serupa. Semua modem dan pemrosesan sinyal dilakukan dalam IC yang sama, karena semua fungsi ADC dan DAC. CMX910 yang juga simplifies host controller persyaratan ke tingkat yang hanya 8-bit microprocessor dibutuhkan, sedangkan memakan sedikit daya
1.2 Tujuan dan Manfaat
• Mengetahui dan memahami aplikasi instrumentasi dibidang kelautan.
• Mengetahui cara kerja instrumentasi kelautan yang dibahas.
• Mengetahui manfaat yang dihasilkan dari instrumentasi kelautan tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
AIS (Automatic Identification System) ini merupakan receiver yang memberikan informasi pada keadaan suatu pelayaran, yang menggunakan komponen ADC-DAC dalam mengubah sinyal masukan analog dari transduser menjadi sinyal digita. (Floyd, Thomas L)
ADC dan DAC terdapat pada perangkat CMX910, sebuah IC yang terintegrasi dual modem untuk mendukung sistem AIS(Automatic Identification System) semua Kelas A mode serta Kelas B CSTDMA operasi. (Zuhal)
Analog to Digital Conventer (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sebuah sinyal digital. DAC sebagai sebuah piranti yang mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-sinyal digital (Couch II, Leon W)
III. ISI DAN PEMBAHASAN
AIS (Automatic Identification System) adalah system identifikasi data dari lokasi kapal yang telah diwajibkan untuk dipasang di kapal oleh International Maritime Organization (IMO) terhadap kapal yang berbobot lebih dari 300GT.
Dengan alat ini, berbagai data-data sebuah kapal dan lokasinya akan sangat mudah didapat sehingga akan dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat keselamatan operasi kapal. Termasuk menghindarkan kapal dengan bahaya tsunami. Alat ini juga dapat diintegrasikan dengan alat pendeteksi tsunami, sehingga mampu meminimalisir kecelakan di laut akibat tsunami.
Alat ini sangat bermanfaat bagi informasi transportasi kelautan, alat ini dititikberatkan pada identifikasi data mengenai pola transportasi laut dan khususnya lalu lintas kapal dengan ukuran besar, untuk kemudian data-data hasil pengamatan dari peralatan yang terpasang tersebut dikirim ke pusat data melalui media komunikasi data tertentu untuk ditampilkan sebagai monitoring dan untuk diolah lebih lanjut.
Data-data hasil pengamatan alat AIS (Automatic Identification System) ini awalnya merupakan data berbentuk signal yang nantinya akan diolah menjadi bentuk informasi digital yang ditampilkan dalam monitor alat AIS(Automatic Identification System). Untuk mengubah sinyal masukan analog dari transduser menjadi sinyal digital diperlukan perangkat pengubah analog ke digital atau disebut juga ADC (Analog to Digital Converter). Pengubahan ini diperlukan agar kejadian-kejadian di luar komputer yang dideteksi oleh transduser dan biasanya merupakan sinyal analog dapat digunakan sebagai masukan dalam bentuk sinyal digital.
Analog to Digital Conventer (ADC) ini adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sebuah sinyal digital dalam alat AIS (Automatic Identification System). Secara singkat prinsif kerja dari konventer A/D adalah semua bit-bit diset kemudian di uji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan. Keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekuivalen dengan nilai register SAR. Apabila konversi telah dilaksanakan, rangkaian kembali mengirim sinyal selesai konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data digital yang ekuivalen ke dalam register buffer. Dengan demikian, output digital akan tetap tersimpan sekalipun akan dimulai siklus konversi yang baru.
Untuk menentukan ADC yang digunakan dalam sistem akuisisi data ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
• Kecepatan konversi
• Resolusi
• Rentang masukan analog maksimum
• Jumlah kanal masukan
Pemilihan ADC umumnya ditentukan oleh metode yang digunakan untuk konversi data, sedangkan rentang tegangan masukan analog maksimum adalah watak untai ADC yang digunakan sehingga masukan analog yang akan dimasukkan ke ADC tersebut terlebih dahulu harus disesuaikan dengan tegangan analog maksimal yang diizinkan. Resolusi ADC berkaitan dengan cacah bit dan rentang tegangan pada masukan analog. Dengan pertimbangan diatas penulis sengaja memilih ADC 0804 sebagai konverter A/D. ADC 0804 adalah suatu IC CMOS pengubah analog ke digital delapan bit dengan satu kanal masukan.
Disamping ADC, alat AIS (Automatic Identification System) ini juga menggunakan DAC sebagai sebuah piranti yang mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-sinyal digital, kemudian dilakukan pengolahan sinyal-sinyal secara numerik, dan pada saat mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog.
Dengan demikian instrumentasi AIS (Automatic Identification System) ini merupakan contoh aplikasi instrumentasi dikelautan yang menggunakan komponen ADC-DAC sebagai sensor yang mengubah data-data sinyal analog menjadi data digital yang mudah untuk digunakan dalam aplikasinya dikelautan.
IV. KESIMPULAN
1. AIS (Automatic Identification System) merupakan contoh aplikasi instrumentasi kelautan yang mengubah data-data sinyal analog menjadi data digital.
2. Instrumen AIS (Automatic Identification System) merupakan receiver yang memberikan informasi pada keadaan suatu pelayaran.
3. AIS (Automatic Identification System) ini merupakan receiver yang memberikan informasi pada keadaan suatu pelayaran, yang menggunakan komponen ADC-DAC dalam mengubah sinyal masukan analog dari transduser menjadi sinyal digital.
DAFTAR PUSTAKA
Couch II, Leon W. Digital and Analog Communication System. 3rd Ed.Macmillan Publishing Company,1990.
Floyd, Thomas L. Digital Fundamental.7th Ed.Prentice Hall
www.its.ac.id/berita.php?nomer=4019 (searching tanggal 5/6/09 jam 21.37 WIB)
www.rileks.com/community/artikelmu/ceremonia/4820-hibah-alat-pelacak-kapal-untuk-its.html (searching tanggal 5/6/09 jam 19.24 WIB)
Zuhal. Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya.Cetakan keenam, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2000.
LAMPIRAN
Gambar AIS (Automatic Identification System)
Gambar rangkaian ADC
BAB I OHM METER
1.2. Dasar Teori
1.2.1. Multimeter
Multimeter adalah suatu alat ukur listrik yang sering dikenal sebagai VOM (Volt/Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (ampere-meter). Ada dua kategori multimeter yang biasanya digunakan dalam pengukuran yaitu, multimeter digital atau DMM (digital multi-meter) (untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC, maupun listrik DC.
1.2.2. Ohm-meter
Ohm-meter adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap hambatan listrik. Hambatan listrik yaitu daya untuk menahan mengalirnya arus listrik dalam suatu konduktor. Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dapat dinyatakan dalam satuan ohm. Alat ohm-meter ini menggunakan galvanometer, suatu alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian akan dikalibrasikan ke satuan ohm.
Besarnya hambatan listrik (R) ini ditentukan mengikuti rumusan:
…… (1.1)
V menyatakan voltase dan I menyatakan besarnya arus listrik yang mengalir.
1.2.3. Hukum Ohm
Untuk menghasilkan suatu arus listrik dalam suatu rangkaian tentunya akan diperlukan suatu beda potensial. George Simon Ohm (1787 – 1854) yang pertama kali secara eksperimen menunjukkan bahwa arus listrik dalam suatu kawat logam (I) sebanding dengan beda potensial atau tegangan (V) yang diberikan pada kedua ujungnya.
I sebanding V
Secara tepat, berapa besar arus yang akan mengalir dalam kawat tidak hanya akan bergantung pada tegangannya, akan tetapi juga akan bergantung pada hambatan yang diberikan oleh kawat terhadap aliran elektron. Mengambil suatu analogi dengan aliran air, dinding pipa, pinggir sungai dan batu di tengahnya memberikan hambatan terhadap aliran air. Hal yang serupa juga akan terjadi pada hambatan yang diberikan, elektron akan diperlambat oleh interaksi dengan atom dalam kawat. Hambatan yang lebih tinggi akan mengurangi arus listrik untuk suatu tegangan tertentu. Sehingga hambatan dapat didefinisikan sebagai suatu besaran yang berbanding terbalik dengan arus.
Di dalam suatu perhitungan, simbol R digunakan sebagai hambatan dari kawat atau komponen elektronik lainnya, V adalah beda potensial yang melewati komponen dan I adalah arus yang mengalir melalui komponen tersebut. Ketiga besaran diatas memiliki hubungan yang dapat ditulis dengan :
V = I.R …… (1.2)
Persamaan (2) diatas dikenal sebagai Hukum Ohm.
Banyak Fisikawan mengatakan bahwa persamaan (2) bukanlah suatu hukum melainkan hanya definisi untuk suatu hambatan. Jika kita menyatakan Hukum Ohm, maka kita cukup dengan mengatakan bahwa arus yang melalui konduktor logam sebanding dengan tegangan yang diberikan. Karenanya hambatan (R) dari suatu bahan atau komponen adalah konstan, tidak tergantung pada tegangannya. Tetapi persamaan (2) tidak berlaku umum untuk bahan dan komponen lain seperti dioda, tabung vakum, transistor, dan lain-lain. Karenanya Hukum Ohm bukanlah hukum fundamental, tetapi merupakan deskripsi dari suatu kelompok material tertentu (konduktor logam).
1.2.4. Resistor
Resistor atau yang biasa disebut (dalam bahasa Belanda) werstand, tahanan atau penghambat, adalah suatu komponen elektronika yang memberikan hambatan terhadap perpindahan elektron (muatan negatif). Resistor disingkat dengan huruf "R" (huruf R besar). Satuan dari resistor adalah Ohm, yang menemukan adalah George Ohm (1787-1854), seorang ahli fisika bangsa Jerman. Tahanan bagian dalam ini dinamai konduktansi. Satuan konduktansi ditulis dengan kebalikan dari Ohm yaitu mho.
Kemampuan resistor untuk menghambat suatu arus atau tegangan disebut juga resistensi atau hambatan listrik. Besarnya resistensi atau hambatan ini diekspresikan dalam satuan Ohm. Suatu resistor dikatakan memiliki hambatan 1 Ohm apabila resistor tersebut dapat menjembatani beda tegangan sebesar 1 Volt dan arus listrik yang timbul akibat tegangan tersebut adalah sebesar 1 ampere, atau sama dengan sebanyak 6.241506 × 1018 elektron per detik mengalir menghadap arah yang berlawanan dari arus
Ada beberapa jenis resistor diantaranya:
1. Resistor Biasa (tetap nilainya)
Resistor Biasa adalah sebuah resistor penghambat gerak arus yang nilainya tidak dapat berubah, jadi selalu tetap (konstan). Resistor ini biasanya dibuat dari bahan nikelin atau karbon.
2. Resistor Berubah (variable)
Resistor Berubah adalah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-ubah dengan jalan menggeser atau memutar toggle pada alat tersebut. Sehingga nilai dari resistor ini dapat kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis ini kita bagi menjadi dua, Potensiometer, rheostat dan Trimpot (Trimmer Potensiometer) yang biasanya menempel pada papan rangkaian (Printed Circuit Board, PCB).
3. Resistor NTC dan PTS
Resistor NTC (Negative Temperature Coefficient), ialah resistor yang nilainya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas. Sedangkan resistor PTS (Positife Temperature Coefficient), ialah resistor yang nilainya akan bertambah besar bila temperaturnya menjadi dingin.
4. LDR (Light Dependent Resistor)
LDR adalah jenis resistor yang berubah hambatannya karena pengaruh cahaya.
Pada Resistor biasanya memiliki 4 gelang warna, gelang pertama dan kedua menunjukkan angka, gelang ketiga adalah faktor kelipatan, sedangkan gelang ke empat adalah menunjukkan toleransi hambatannya. Berikut Gelang warna dimulai dari warna Hitam, Coklat, Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Ungu (violet), Abu-abu dan Putih. Sedangkan untuk gelang toleransi hambatan adalah: coklat 1%, merah 2%, hijau 0,5%, biru 0,25%, ungu 0,1%, emas 5%, perak 10% dan tak berwarna 20%.
Tabel 1.1 Gelang warna resistor
Warna Gelang ke-1 Gelang ke-2 Gelang ke-3 perkalian (x) Gelang ke-4 nilai toleransi
Hitam - 0 100 -
Coklat 1 1 101 ± 1%
Merah 2 2 102 ± 2%
Orange 3 3 103 -
Kuning 4 4 104 -
Hijau 5 5 105 ± 0,5%
Biru 6 6 106 ± 0,25%
Ungu 7 7 107 ± 0,1%
Abu – Abu 8 8 108 -
Putih 9 9 109 -
Emas - - 10-1 ± 5%
Perak - - 10-2 ± 10%
Tak berwarna - - - ± 20%
Resistansi Resistor
Kemampuan resistor dalam menghambat arus listrik sangat beragam disesuaikan dengan nilai resistansi resistor tersebut.
• Rangkaian resistor secara Seri
Resistor ini dapat mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar. Di bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara seri.
Gambar 1.1 Rangkaian resistor secara seri (hubungi blogger jika diperlukan)
Pada rangkaian resistor seri berlaku rumus:
Rtotal = R1 + R2 + R3 …… (1.3)
• Rangkaian resistor secara Paralel
Resistor ini dapat mengakibatkan nilai resistansi total semakin kecil. Di bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara paralel.
Gambar 1.2 Rangkaian resistor secara paralel(hubungi blogger jika diperlukan)
Pada rangkaian resistor seri berlaku rumus:
1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 …… (1.4)
1.2.1. Multimeter
Multimeter adalah suatu alat ukur listrik yang sering dikenal sebagai VOM (Volt/Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (ampere-meter). Ada dua kategori multimeter yang biasanya digunakan dalam pengukuran yaitu, multimeter digital atau DMM (digital multi-meter) (untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC, maupun listrik DC.
1.2.2. Ohm-meter
Ohm-meter adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap hambatan listrik. Hambatan listrik yaitu daya untuk menahan mengalirnya arus listrik dalam suatu konduktor. Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dapat dinyatakan dalam satuan ohm. Alat ohm-meter ini menggunakan galvanometer, suatu alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian akan dikalibrasikan ke satuan ohm.
Besarnya hambatan listrik (R) ini ditentukan mengikuti rumusan:
…… (1.1)
V menyatakan voltase dan I menyatakan besarnya arus listrik yang mengalir.
1.2.3. Hukum Ohm
Untuk menghasilkan suatu arus listrik dalam suatu rangkaian tentunya akan diperlukan suatu beda potensial. George Simon Ohm (1787 – 1854) yang pertama kali secara eksperimen menunjukkan bahwa arus listrik dalam suatu kawat logam (I) sebanding dengan beda potensial atau tegangan (V) yang diberikan pada kedua ujungnya.
I sebanding V
Secara tepat, berapa besar arus yang akan mengalir dalam kawat tidak hanya akan bergantung pada tegangannya, akan tetapi juga akan bergantung pada hambatan yang diberikan oleh kawat terhadap aliran elektron. Mengambil suatu analogi dengan aliran air, dinding pipa, pinggir sungai dan batu di tengahnya memberikan hambatan terhadap aliran air. Hal yang serupa juga akan terjadi pada hambatan yang diberikan, elektron akan diperlambat oleh interaksi dengan atom dalam kawat. Hambatan yang lebih tinggi akan mengurangi arus listrik untuk suatu tegangan tertentu. Sehingga hambatan dapat didefinisikan sebagai suatu besaran yang berbanding terbalik dengan arus.
Di dalam suatu perhitungan, simbol R digunakan sebagai hambatan dari kawat atau komponen elektronik lainnya, V adalah beda potensial yang melewati komponen dan I adalah arus yang mengalir melalui komponen tersebut. Ketiga besaran diatas memiliki hubungan yang dapat ditulis dengan :
V = I.R …… (1.2)
Persamaan (2) diatas dikenal sebagai Hukum Ohm.
Banyak Fisikawan mengatakan bahwa persamaan (2) bukanlah suatu hukum melainkan hanya definisi untuk suatu hambatan. Jika kita menyatakan Hukum Ohm, maka kita cukup dengan mengatakan bahwa arus yang melalui konduktor logam sebanding dengan tegangan yang diberikan. Karenanya hambatan (R) dari suatu bahan atau komponen adalah konstan, tidak tergantung pada tegangannya. Tetapi persamaan (2) tidak berlaku umum untuk bahan dan komponen lain seperti dioda, tabung vakum, transistor, dan lain-lain. Karenanya Hukum Ohm bukanlah hukum fundamental, tetapi merupakan deskripsi dari suatu kelompok material tertentu (konduktor logam).
1.2.4. Resistor
Resistor atau yang biasa disebut (dalam bahasa Belanda) werstand, tahanan atau penghambat, adalah suatu komponen elektronika yang memberikan hambatan terhadap perpindahan elektron (muatan negatif). Resistor disingkat dengan huruf "R" (huruf R besar). Satuan dari resistor adalah Ohm, yang menemukan adalah George Ohm (1787-1854), seorang ahli fisika bangsa Jerman. Tahanan bagian dalam ini dinamai konduktansi. Satuan konduktansi ditulis dengan kebalikan dari Ohm yaitu mho.
Kemampuan resistor untuk menghambat suatu arus atau tegangan disebut juga resistensi atau hambatan listrik. Besarnya resistensi atau hambatan ini diekspresikan dalam satuan Ohm. Suatu resistor dikatakan memiliki hambatan 1 Ohm apabila resistor tersebut dapat menjembatani beda tegangan sebesar 1 Volt dan arus listrik yang timbul akibat tegangan tersebut adalah sebesar 1 ampere, atau sama dengan sebanyak 6.241506 × 1018 elektron per detik mengalir menghadap arah yang berlawanan dari arus
Ada beberapa jenis resistor diantaranya:
1. Resistor Biasa (tetap nilainya)
Resistor Biasa adalah sebuah resistor penghambat gerak arus yang nilainya tidak dapat berubah, jadi selalu tetap (konstan). Resistor ini biasanya dibuat dari bahan nikelin atau karbon.
2. Resistor Berubah (variable)
Resistor Berubah adalah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-ubah dengan jalan menggeser atau memutar toggle pada alat tersebut. Sehingga nilai dari resistor ini dapat kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis ini kita bagi menjadi dua, Potensiometer, rheostat dan Trimpot (Trimmer Potensiometer) yang biasanya menempel pada papan rangkaian (Printed Circuit Board, PCB).
3. Resistor NTC dan PTS
Resistor NTC (Negative Temperature Coefficient), ialah resistor yang nilainya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas. Sedangkan resistor PTS (Positife Temperature Coefficient), ialah resistor yang nilainya akan bertambah besar bila temperaturnya menjadi dingin.
4. LDR (Light Dependent Resistor)
LDR adalah jenis resistor yang berubah hambatannya karena pengaruh cahaya.
Pada Resistor biasanya memiliki 4 gelang warna, gelang pertama dan kedua menunjukkan angka, gelang ketiga adalah faktor kelipatan, sedangkan gelang ke empat adalah menunjukkan toleransi hambatannya. Berikut Gelang warna dimulai dari warna Hitam, Coklat, Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Ungu (violet), Abu-abu dan Putih. Sedangkan untuk gelang toleransi hambatan adalah: coklat 1%, merah 2%, hijau 0,5%, biru 0,25%, ungu 0,1%, emas 5%, perak 10% dan tak berwarna 20%.
Tabel 1.1 Gelang warna resistor
Warna Gelang ke-1 Gelang ke-2 Gelang ke-3 perkalian (x) Gelang ke-4 nilai toleransi
Hitam - 0 100 -
Coklat 1 1 101 ± 1%
Merah 2 2 102 ± 2%
Orange 3 3 103 -
Kuning 4 4 104 -
Hijau 5 5 105 ± 0,5%
Biru 6 6 106 ± 0,25%
Ungu 7 7 107 ± 0,1%
Abu – Abu 8 8 108 -
Putih 9 9 109 -
Emas - - 10-1 ± 5%
Perak - - 10-2 ± 10%
Tak berwarna - - - ± 20%
Resistansi Resistor
Kemampuan resistor dalam menghambat arus listrik sangat beragam disesuaikan dengan nilai resistansi resistor tersebut.
• Rangkaian resistor secara Seri
Resistor ini dapat mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar. Di bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara seri.
Gambar 1.1 Rangkaian resistor secara seri (hubungi blogger jika diperlukan)
Pada rangkaian resistor seri berlaku rumus:
Rtotal = R1 + R2 + R3 …… (1.3)
• Rangkaian resistor secara Paralel
Resistor ini dapat mengakibatkan nilai resistansi total semakin kecil. Di bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara paralel.
Gambar 1.2 Rangkaian resistor secara paralel(hubungi blogger jika diperlukan)
Pada rangkaian resistor seri berlaku rumus:
1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 …… (1.4)
Langganan:
Postingan (Atom)